Selasa, 27 Maret 2012

Kodok dan Katak
Rentang fosil: Jura - Kini
Bangkong kolong (Bufo melanostictus)
Bangkong kolong (Bufo melanostictus)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Merrem, 1820
Subordo
Archaeobatrachia
Mesobatrachia
Neobatrachia
-

katak

Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembap, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Kehidupan kodok dan katak

Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembap, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernapas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.


[sunting] Habitat dan makanan

Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.

Dendrobates pumilio, kodok berukuran 18–22 mm dengan kulit beracun dari Amerika Tengah.
Hewan ini dapat ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman manusia. Bangkong kolong, misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap ditemui di pojok-pojok rumah atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni pohon-pohon rendah dan semak belukar, terutama di sekitar saluran air atau kolam.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.
Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia.
Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.

[sunting] Reproduksi

Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembap atau berair.

[sunting] Kodok dan manusia

Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun lalu. Jadi katak tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah katak akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator katak. Bahkan terganggunya populasi katak dapat berakibat langsung dengan punahnya predator katak.
Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu katak, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.

[sunting] Jenis-jenis kodok dan katak

Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
Kodok hutan:
Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.

ciri khas katak,.,.,.,.

Ciri khusus hewan Katak
Bagi katak, melakukan kamuflase (penyamaran) agar seolah tubuhnya beracun adalah trik untuk menghindar dari predator atau pemangsa.Katak pun memiliki persamaan dengan cicak, yaitu lidahnya yang panjang dan lengket, sehingga serangga yang mendekat dapat dengan cepat disambar dan tidak dapat berkutik lagi.

Sabtu, 24 Maret 2012

keindahan bawah laut

Keindahan alam bawah laut dan pantai pasir putihnya memang benar-benar membuat kita lupa daratan. Pulau Samalona merupakan salah satu dari daftar pulau ...


 

Rabu, 07 Maret 2012

Tinjauan pusaka

Kodok yang sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan sekunder. Aktif terutama di malam hari, kodok ini sering terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib. Katak-pohon bergaris memangsa aneka jenis serangga.
Pada musim kawin, banyak individu jantan (kadang-kadang hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Kodok-kodok jantan ini memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan kodok pohon ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.
Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun, ranting, tangkai rumput, atau kadang-kadang juga pada dinding saluran air. Gelembung-gelembung busa ini akan melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.
Di saat musim kawin ini, beberapa kodok jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara. Bunyi: pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot, mirip orang mempergesekkan giginya.
Kodok pohon ini diketahui menyebar di India, Burma, Tiongkok Selatan, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Nikobar, Mentawai, Sumatra, Borneo, Filipina, Sulawesi, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, hingga ke Timor.(http:Wikipedia.com)

Selasa, 28 Februari 2012

tinjauan pustaka

Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.

Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembap, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya(http:Wikipedia.com)

Pada katak dewasa hidup didarat tapi ketika hendak berkembang biak menuju ke air. Katak jantan mempunyai sepasang testis menghasilkan sperma, sperma, sperma dikeluarkan melalui saluran sperma yang bermuara ke kloaka. Katak betina mempunyai sepasang ovarium yang menghasilkan telur, dan sepasang saluran telur yang berkelok- kelok seperti corong yang bermuara pada kloaka. Melalui kloaka, telur dikeluarakan dari tubuh induk betina.
Apabila telur sudah masak katak betina menuju ke air, jantan menaiki punggung betina, dan jari – jari katak betina menekan tubuh betina, sehingga katak betina mengeluarkan telur ke dalam air, dan telur berkelompok- kelompok yang dilindungi oleh lendir, bersamaan dengan itu katak jantan mengeluarkan sperma sehingga terjadi proses fertilisasi.
Pembuahan akan terjadi jika sel telur dibuahi oleh sperma. Peristiwa ini menghasilkan zigot. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio mendapat makanan dari kuning telur.Seminggu kemudian menetas menjadi berudu bernapas dengan kulit dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama 3 bulan.(http:rakyatbiologi.com)

Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.

Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.

Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.

Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.(http:angga'sblog)

Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
bangkong bertanduk (Megophrys montana), di gunung-gunung
bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), di hutan
bangkong sungai (Bufo asper), di sekitar sungai
bangkong kolong (B. melanostictus), di lingkungan rumah
belentung (Kaloula baleata)
kongkang kolam (Rana chalconota), di sekitar kolam, saluran air dan sungai
kongkang gading (Rana erythraea), di kolam dan telaga
bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), di sawah dan tegalan
kodok sawah (Fejervarya cancrivora), di sawah dan pematang
kodok batu (Limnonectes macrodon), di sekitar sungai dan saluran air di kebun
katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax), di dekat kolam dan genangan di kebun
precil jawa (Microhyla achatina)

Kodok hutan:
kongkang racun (Rana hosii), di hutan pedalaman
kodok-puru hutan (Ingerophrynus biporcatus)
katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis), berstatus terancam kepunahan, satu-satunya kodok yang tidak berparu-paru
bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), di tepi sungai atau aliran air

Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.
kodok merah (Leptophryne cruentata), berstatus kritis, endemik Jawa Barat
kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni), kritis, endemik hutan Jawa Tengah
kongkang jeram (Hula masonii), berstatus rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
Bufo valhallae, endemik di Pulau Weh.
(http:Wikipedia.com)

Minggu, 26 Februari 2012

klasifikasi katak

Phyllum       : Chordata
Subphyllum     : Vertebrata
Superclassis     : Tetrapoda
Classis             : Amphibia
Ordo                : Anura
Subordo          : Phaneroglossa
Familia            : Ranidae
Genus              : Rana
Spesies            : Rana sp

Preparat mungkin berbeda spesiesnya (katak atau kodok), oleh karena itu cukup ditulis Rana sp. Dikenal ada beberapa spesies diantaranya R. trigina, R.esculenta, R.cancrivora, dan lain-lian. Keterangan sistematika/taxonomi :
Chordata   :  mempunyai chorda dorsalis pada stadium embrionya.
Vertebrata :  mempunyai columna vertebralis (ruasruas tulang belakang).
Tetrapoda  :  mempunyai 4 kaki.
Amphibia  :  kehidupan rangkap (Amphi = rangkap, bios = hidup), di air (aquatic) dan di darat (terestrial).
Anura        :  tidak berekor. Antara kepala dengan badan tidak terdapat batas yang jelas (lehernya tidak jelas). 
Ciri utama yang menunjukkan bahwa katak dan kodok merupakan hewan darat adalah alat pernafasannya yang berupa paru-paru. Struktur saluran udara pernafasan pada hewan ini belum memiliki trachea yaitu saluran yang menghubungkan larynx dengan bronchus dan bronchus ini pun sangat pendek. Pada Anura juga belum dijumpai costae (tulang rusuk) dan diafragma, yaitu sekat yang membatasi rongga dada dengan rongga perut yang juga berfungsi dalam mekanisme pernafasan. Pada katak kulit juga berfungsi sebagai alat pernafasan, pernafasan dengan kulit ini berlangsung baik waktu di darat maupun di air. Hal ini dapat terjadi karena kulit katak kaya akan kapiler dan kulitnya sendiri tipis.
Tanda-tanda khusus (karakteristik) katak (Rana sp)
  1. Kulit licin, mempunyai banyak kelenjar (glandulae) dan tidak bersisik (squama).
  2. Mempunyai 2 pasang kaki untuk berjalan dan berenang.
  3. Mempunyai 2 lubang hidung luar (nares anteriores) yang berhubungan dengan rongga mulut. Membrana tymphani tampak luar. Lidah dapat dijulurkan sehingga secara menggulung (pangkal lidahnya di depan), bentuk lidah lingua bifida.
  4. Cor (jantung) beryang 3 (2 atrium dan 1 ventrikel), eritrosit oval dan berinti.
  5. Bernafas dengan paru-paru (pulmo) dan kulit (cutis/cutan/integumen) pada yang dewasa dan melalui insang luar (external branchia) pada larvanya.
  6. Syarat otak (nervi cranialis) berjumlah 10 pasang.
  7. Temperatur badannya berubah mengikuti lingkungan (poikiloterm), sebab belum mempunyai lobus pengatur tubuh pada otaknya.
  8. Pembuahan di luartubuh (external fertilisasi).
  9. Stadium larva hidup secara aquatis dan akan mengalami metamorfosis.
Morphologi katak hijau terdiri dari kepala (caput), badan (trunctts), dan anggota depan (extrimitas anterior) serta belakang (extimilas posterior). Dari morfologinya dapat dibedakan antara katak jantan den katak betina
Beda katak jantan dari betina:
1.      Tubuh lebih kecil.
2.      Terdapat pigmentasi di daerah mandibula.
3.      Mempunyai bantalan kawin pada sisi luar medial jari pertama kaki depan.
4.      Mempunyai sepasangkantong suara (saccus vocalis) pada rahang bawah yang berfungsi sebagai resonansi suara, hanya katak jantan yang dapat bersuara.
Pengamatan morfologi luar (inspectio) pada hewan ini akan tampak bagian-bagian sebagai berikut : caput (kepala), collum/servix (tidak jelas), trunchus/abdomen dan extremitas librea (anggota badan bebas) berupa extremitas anterior (kaki depan) dan extremitas posterior (kaki belakang) dilengkapi dengan selaput renang (membrane natatoria).
Pada daerah kepala akan nampak adanya lubang hidung (nares anteriores), celah mulut (rima oris) jika akan dibuka akan nampak rongga mulut (cavum oris), organ penglihatan yang dilindungi selaput tipis yang dapat digerakkan (membrane nictitans) dari bawah k eats, kelopak mata atas (palpebrae superior) dan kelopak mata bawah (palpebrae inferior). Tampak juga adanya selaput mendengar (membrane tympany) yang melekat pada cincin tulang rawan annulus tympanycus yang melingkar.
Pada cavum oris setelah rima oris dibuka maka akan nampak rongga mulut yang dibentuk oleh rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibulla). Di dalam rongga mulut terdapat :
1.      Lubang hidung dalam (nares posteriors).
2.      Gigi-gigi yang bentuknya sama (homodont), ada 2 jenis yaitu dentis maxillaries dan dentis vomeris.
3.      Palatum (langit-langit).
4.      Pada sudut bawah kiri-kanan terdapat lubang yang berhubungan dengan membrane tympany  yaitu osteum tuba auditiva.
5.      Aditus pharyngeum yaitu lubang yang menutup saluran cerna .
6.      aditus larynges (lubang rima glotidis) menuju saluran pernafasan.
7.      Porus vocalis yanitu lubang mandibulla yang menuju ke saccus vocalis (hanya pada jantan).
8.      Lingua bifida yang menggulung ke belakang karena pangkal lidah di ujung mandibulla.
Kulit luar katak (Rana sp) selalu basah karena adanya kelenjar sekresi lendir yang sangat banyak. Kulit mudah terlepas dari tubuhnya karena kulit dan otot terdapat kantong-kantong limfa (saccus limphaticus). Setelah kulit dibuka melalui daerah ventral (perut) akan adanya saccus limphaticus  yaitu : SL. dorsalis (belakang/paling besar), SL. submandibularis (bawah mandibula), SL. pectoralis (dada), SL. abdominalis (perut) SL. lateralis (perut samping), SL. brachialis (lengan atas), SL. femoralis (paha) dan SL. crisalis (betis). Di bawah saccus limphaticus terdapat otot-otot sebagai berikut, pada daerah dorsal akan anmpak musculus dorsalis scapulae, latisimus dorsi dan longisimus dorsi sedanga pada daerah ventral akan tampak musculus: submandibularis, pectoralis, rectus abdomonis, obliqus abdominis. Pada extremitas tampak musculus femoralis (paha) dan gastrocnemius (betis).
Sedangkan untuk melihat berbagai organ dalam tubuh katak dilakukan diantaranya dengan mengamati sistem saluran makanan, kelamin, dan kencing. Ventrikulus dapat dibedakan manjadi bagian cardiac yaitu yang berhubungan dengan esophagus, dan bagian pylorus yaitu yang berhubungan dengan intestinum. Usus atau intestinum dapat dibedakan menjadi intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar). Kelenjar pencernaan yang ada adalah hepar dan pancreas. Hepar terdiri atas bagian kanan (lobus dexter) dan bagian kiri (lobos sinister). Dari hepar keluar saluran kelenjar yang disebut ductus hepaticus yang fungsinya untuk menyalurkan empedu. Vesica fellea terletak di antara kedua lobi tersebut. Dari vesica fellea keluar saluran yang disebut ductus cysticus. Ductus hepaticus dan D. cysticus bersatu membentuk ductus choledochus yang berjalan menuju usus halos melewati pancreas. Pankreas berwarna kekuningan melekat di antara ventrikulus dan duodenum (bagian awal usus halos). Pankreas akan menyalurkan produknya ke duodenum melalui saluran yang disebut dustus pancreaticus.
Sistem syaraf pada katak dapat dilihat setelah visceral dibuang sehingga nampak deretan syarafperifer disepanjang ruas tulang belakang yang berjumlah 10 pasang dari atas ke bawah, yaitu syaraf 1-3 bergabung membentuk flexus branchialis, syaraf 4-6 ke abdomen dan syaraf 7-9 membentuk flexus lumbosacralis/ ischiococcygeneus. Sampai di sini kita melihat bahwa semakin maju organisme semakin kompleks system organ dan mekanisme distribusi produk dari satu organ ke organ lain, tidak semata-mata melalui difusi.

Sabtu, 28 Januari 2012

_$&buNga&$_

bunga......

kau penghias halamanQ
kau sejukkan rumahQ
kau sungguh mempesona
kau bagaikan mentari
yang selalu menyinarirumahQ

Sabtu, 21 Januari 2012

Sobat........................

terbit fajar sang mentari
menyinari relung hatiQ yang sunyi
ku langkahkan kaki
menuju cita" yang abadi
sobat........................
engkaulah penghias hatiQ
tanpa sanjunganmu
tanpa bimbinganmu
 aku rapuh.........................
dengan engkaulah
wahai sobat...................

kan ku lalui dunia
yang penuh tragedi
kan ku lukis kisahQ
dalam diary hidupQ
Puisi untuk sahabatQ.....................

Hari ini ia pergi
Membawa pesan dari ilahi
Apakah sahabat telah mati?
Tidak! Hanya tikus yang mati
Mereka telah teracuni
Jagung hijau milik petani
Menggenggam janji
Seperti menggenggam mawar berduri
Apakah kau tahu arti sahabat sejati?
Sahabat bak burung merpati
Selalu bersama dalam keluarga inti
Selalu berbagi saat jagung berlari
Meskipun dia pergi, kelak pasti kembali
liburanQ.,.,.,.,.,

LiburanQ kemarin aku pergi ke jawa timur yaitu di tuban.Aku pergi bersama keluargaQ.Dan aku oergi dari rumah sekitar pukul jam 13.30 siang.di perjalanan aku bersenang-senang bersama adek dan ponak'anku.
tujuan pertamaQ silaturrahmi di rumah saudaraQ.sudah lama sekali aku gak pernah ketemu ma mereka.
aku dan keluarga sholat asyar di makam asmoroqondi.dan setelah itu kita melanjutkan perjalanan kurang lebih 5 menit untuk sampai dirumah saudaraQ.dan kita sampai disana sekitar pukul 17.30 dan sesampai disana kita istirahat sbentar dan langsung sholat maghrib.
Setelah itu kita bercanda-canda bareng sama saudaraQ.dan sekitar pukul 21.30 kita berpamitan pulang.
Dan tujuan setelah itu sholat isya' di masjid bawah tanah atau sering disebut masjid perut bumi.
setelah selesai sholat kita tahlil bersama,dan setelah itu aku dan kakakQ keliling" dari sudut ke sudut.
Dan ternyata disana tempatnya sepi juga,banyak bebatuan dan lampu"yang menghiasi masjid itu.setelah keluar dari masjid itu kita makan' di salah satu warung sebelah masjid itu.
Setelah itu kita melanjutkan perjalanan pulang.Dan waktu berada di sekitar daerah kabupaten Rembang kita diguyur sama hujan yang lebat sekali.Disaat itu mobil yang kita naiki berjalan hati" sekali.karena takut terjadi apa".
Dan akhirnya kita sampai rumah sekitar jam 02.30 fajar,kita pulang dengan hati senang dan selamat.


Ini hanya sekedar pengalaman LibuRanQ yang singkat saja.

Sabtu, 14 Januari 2012

Simpang Ajal

Cerpen Satmoko Budi Santoso

SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!

"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta.

"Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.

Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.

"Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.

Montenero menghela napas. Menggeliat.
"Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.

"Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"

Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.

"Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?

"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"

Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.

Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?

"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.

"O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"

Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.

"Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang."

"Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
"Terserah!"
"Bagaimana, Belati?"
"Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"

Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak. ***